Tag: beijing

Alasan Sebenarnya Dibalik Kemarahan Tiongkok Terhadap Takaichi Jepang

Alasan Sebenarnya Dibalik Kemarahan Tiongkok Terhadap Takaichi Jepang

Tegangan Awal yang Langsung Meletup

Ketika Sanae Takaichi resmi memimpin Jepang, ia segera menghadapi konsekuensi besar setelah menyinggung garis merah China tentang Taiwan. Ia menyatakan bahwa Jepang mungkin merespons secara militer jika Beijing mencoba mengambil alih Taiwan melalui kekuatan. Setelah itu, Beijing bergerak cepat dan menekan Jepang melalui berbagai cara yang sangat terukur.

Pertama, China memperingatkan warganya agar tidak bepergian dan tidak belajar di Jepang. Lalu, mereka juga menyinggung ancaman terhadap pasar ekspor makanan laut Jepang. Tidak berhenti di sana, media nasionalis melancarkan serangan luas terhadap Takaichi, sehingga situasi menjadi semakin memanas.

Melalui langkah ini, Beijing ingin mengirim pesan keras. Mereka menegaskan bahwa negara mana pun akan menghadapi tekanan besar jika berani menentang posisi China tentang Taiwan, pulau demokratis yang Beijing klaim sebagai wilayah sah. Selain itu, Beijing ingin menunjukkan bahwa mereka siap menggunakan kekuatan diplomatik, ekonomi, dan opini publik untuk mempertahankan klaim tersebut.

Luka Sejarah yang Membentuk Sikap China

Namun, kemarahan China tidak berdiri sendiri. Ia tumbuh dari sejarah panjang dan penuh trauma. Pada abad ke-20, militer Kekaisaran Jepang melakukan invasi besar di China. Peristiwa itu meninggalkan luka mendalam bagi rakyat China. Selain itu, Jepang juga pernah menjajah Taiwan lebih awal, sehingga menambah beban sejarah.

Seiring waktu, Presiden Xi Jinping terus memperkuat narasi bahwa China harus mencegah tragedi sejarah terulang. Oleh karena itu, ia memodernisasi militer China dan memperluas pengaruh global. Beijing melihat komentar Takaichi sebagai bukti bahwa Jepang tidak menghormati pergeseran kekuatan yang kini menempatkan China sebagai kekuatan dominan di Asia. Lebih jauh lagi, Beijing menilai bahwa Jepang menyimpan ambisi militer yang pernah menimbulkan kekacauan besar pada masa lampau.

Tabel Dinamika Kepentingan China dan Jepang

NegaraPrioritas UtamaSikap terhadap TaiwanRespons pada komentar Takaichi
ChinaReunifikasi nasionalKlaim mutlak atas TaiwanTekanan ekonomi dan narasi publik
JepangStabilitas kawasanKekhawatiran eskalasi ChinaPenguatan kerja sama keamanan

Perubahan Besar dalam Postur Militer Jepang

Dalam beberapa tahun terakhir, Jepang mulai keluar dari bayangan konstitusi pasifis. Negara itu meningkatkan anggaran pertahanan dan mendapatkan kemampuan counterstrike. Langkah ini muncul karena China semakin sering melakukan manuver militer di sekitar Taiwan.

Sebelumnya, pemimpin Jepang menghindari pembahasan militer terkait Taiwan. Namun, situasi regional berubah. Lebih banyak politisi Jepang—terutama dari kalangan konservatif— mulai khawatir bahwa serangan China terhadap Taiwan akan mengancam keamanan Jepang. Lokasi Taiwan yang berada di selatan Jepang membuat stabilitas pulau itu sangat penting bagi Tokyo.

Karena itu, Takaichi memilih bicara tegas. Ia mendorong kerja sama lebih erat dengan Amerika Serikat. Selain itu, ia juga mempercepat pembangunan kekuatan pertahanan Jepang. Beijing menilai tindakan tersebut sebagai sinyal bahwa Jepang sedang bergerak menuju militerisme baru.

Strategi China Mengendalikan Cerita

Namun, kemarahan China bukan sekadar reaksi spontan. Mereka menggunakan taktik komunikasi yang sangat terstruktur. Akun media sosial yang dekat dengan militer China menuduh Jepang membangkitkan “roh militerisme”. Dengan demikian, mereka berusaha memposisikan Jepang sebagai ancaman bagi stabilitas Asia.

Selanjutnya, banyak analis Jepang menilai bahwa Beijing ingin menekan Takaichi sejak awal masa jabatan. Melalui tekanan besar, China berharap Takaichi tidak berani mempercepat program pertahanan Jepang. Bahkan setelah Jepang mengirim utusan untuk meredam situasi, Beijing tetap menuntut penarikan pernyataan Takaichi. Sikap ini tentu membuat kedua negara sulit menemukan jalan keluar.

Inti Konflik yang Sebenarnya

Selain tekanan diplomatik dan sejarah kelam, ada faktor yang jauh lebih besar. China berusaha mencapai “kebangkitan nasional” pada pertengahan abad ini. Bagi Beijing, penguasaan Taiwan adalah bagian penting dari misi tersebut. Namun, rencana itu akan terganggu jika Jepang memperkuat militernya dan mempererat hubungan dengan AS.

Karena itu, komentar Takaichi dianggap sangat mengganggu. Seorang analis di Beijing bahkan menyebut komentar tersebut sebagai “orang yang salah, membahas hal yang salah, pada waktu yang salah.” Ungkapan itu menunjukkan bahwa Beijing ingin menjaga kontrol penuh atas narasi Taiwan. Setiap ucapan atau langkah yang mengancam posisi itu akan langsung ditekan.

Pada akhirnya, kemarahan China terhadap Jepang bukan hanya tentang kata-kata Takaichi. Namun, konflik ini berakar pada perebutan pengaruh, sejarah yang berlapis, serta masa depan keamanan Asia Timur yang semakin tidak menentu.